Leuwiliang

Setiap pagi daerah kawasan Leuwiliang pasti macet. Kemacetan diakibatkan banyak para sopir angkutan pada ngtem di jalan ditambah maraknya pedagang kaki lima di daerah ini. Hampir seluruh trotoar di sepanjang jalan kawasan jalan raya leuwiliang dikuasai oleh PKL. Memang pasar leuwiliang merupakan pasar yang besar dan cukup layak dibandingkan dulu dikala hujan lebat kawasan didalam pasar banjir mencapai mata kaki dewasa. Sesudah kebakaran hebat menimpa pasar Leuwiliang di tahun lalu sekarang kondisi pasar cukup bagus, tetapi sayang banyak para pedagang yang berjualan tidak teratur jadi kelihatanya kumuh. Misal, disebelah kanan ada pedagang pakaian, disebelahnya lagi pedagang beras, eh pas di tengah-tengah pedagang lauk ikan asin apa ga aneh pasar seperti itu bagaimana kalau sipedagang ikan asin tangannya meper ke baju si pedagang pakaian.

Banyak sekali angkutan yang menuju ke pasar Leuwiliang. Sehingga ada beberapa terminal di pasar leuwiliang pun ga jelas, dan sulit untuk diatur. Trayek ada di daerah Leuwiliang yaitu Leuwiliang-Karehkel, Leuwialiang-Rumpin-Gobang-Nyungcung, Leuwiliang-Leuwi Batu-Cilambur, Leuwiliang-Leuwisadeng-Hambaro, Leuwiliang-Cisaranten, Leuwiliang-Gunung Picung, Leuwiliang-Gunung Bunder, Leuwiliang-Para Bakti, Leuwiliang-Cilengkong, Leuwiliang-Gunung Sari, Leuwiliang-Nunggul, Leuwiliang-Nanggung, Leuwiliang-Ciampea, Leuwiliang-Jasinga, Leuwiliang-Galuga.

Pasar Leuwiliang termasuk pasar yang sangat kumplit semua jenis barang dagangan hampir ada. Ingat jika anda ingin berbelanja di pasar Leuwiliang anda harus pintar menawar jangan sampai anda tertipu (kabeleujog) yang paling penting bagi konsumen hati-hati dengan dompet anda jangan sampai kehilangan. Dengan adanya lokasi sekarang yang nyaman mungkin pasar Leuwiliang mudah diatur kembali.

 

Pelayanan Kesahatan Pamijahan

Kamda Bogor memang serius membantu Kec Pamijahan, Kab Bogor dari berbagai sisi. Setelah sebelumnya memberi bantuan korban tanah longsor kemudian intens di penolakan kristenisasi berkedok pembangunan Gua Wisata Bunda Maria, kali ini Kamda Bogor melakukan Pelayanan Kesehatan (Pelkes) pada hari Ahad 31 Juli 2005.
Acara yang dimulai pukul 08.30 ini disambut meriah ratusan warga yang kebanyakan berasal dari kalangan kurang mampu. Sayang karena dokter yang bisa dihadirkan cuman satu dari rencana dua, hampir setengah dari puluhan warga yang mengantri tidak mendapatkan bagian pemeriksaan dokter.

Setelah Pelkes ini, Kamda Bogor berencana melakukan advokasi pembangunan jalan utama Kec Pamijahan yang sudah rusak berat. Kamda Bogor diterima dengan baik oleh masyarakat yang terlanjur memberi cap kurang baik bagi suatu partai berlambang padi dan bulan sabit. Pelaksanaan "community development" sudah bukan mimpi lagi.

Leuwiliang-Bubulak

Kemacetan terus saja terjadi di kawasan ini. Setiap hari pasti macet, apalagi pagi hari dan di hari libur wow macetnya parah banget. Tak heran perjalanan Bubulak- Leuwiliang ditempuh dengan jarak 1 1/2 jam., seperti Bogor-Jakarta. Terutama hari Minggu kemacetan mulai dari bubulak hingga kampus IPB Dramaga.

Faktor melainkan ulah sopir angkot yang salalu tidak teratur dalam perjalanan. Disamping itu setiap hari Minggu di kawasan Kampus IPB Dramaga adanya pasar keget (pasar ini hanya ada pada hari Minggu saja). Pedagang kaki lima pun mangambil lapaknya di jalan raya. jelas sekali terjadi kemacetan. Belum lagi di kawasan Caringin Pa Ogah (tukang parkir di persimpangan jalan ) main parkir-parkir mobil saja. Padahal pos polisi dekat sekali dengan Dramaga. Tetapi sayang pak polisi tidak turun tangan mengahadapi kemacetan di daerah ini.

Selain itu, pada hari libur terutama hari Minggu banyak sekali mobil berflat B mereka datang dengan tujuan untuk sekedar berekreasi di daerah kawasan Gunung salak Endah dan mungkin megujungi sanak saudranya atau ada tujuan bisnis. Tak heran daerah ini sering sekali terjadi kemacetan.

Tak hanya di Dramaga saja di kawasan stamplas Cibatok, Cemplang pun tak kalah hebat macetnya. Banyak sekali angkutan umum jurusan Leuwiliang-Gunung Picung-Cigola-Gunung Bunder pada ngetem di jalan ditambah banyaknya para wisatawan yang ingin berkunjung ke daerah ini (Gunung Salak). Sehingga Pak Ogah selalu beraksi di persimpangan demi mencari sesuap nasi.